loading...
loading...
Fakta tidak bisa ditampik. Ketika netralitas ditinggikan, akal sehat menang. Ketika hati nurani dijadikan standar, maka akal sehat yang muncul. Tidak ada yang bisa melawan akan hati nurani. Calon yang diusung oleh PKS, tidak ada yang berkuasa di Indonesia. Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Romahurmuziy alias Gus Romi, menang besar di Indonesia. Inilah pesta demokrasi yang sesungguhnya!
Beredar calon-calon yang diusung oleh PKS, yakni di Jawa Barat ada pasangan Sudrajat, Syaikhu Jawa Tengah ada pasangan Sudirman Ida, Maluku Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Kelima pasangan yang didukung oleh PKS ini tidak terpilih menjadi pemenang. Tidak ada yang tertarik dengan pasangan ini.
Mengapa? Jawabannya sederhana. Mereka tidak punya kapasitas untuk memimpin. Mereka terlalu bergantung kepada Pilkada DKI Jakarta. Kemenangan PKS di Jakarta, adalah kemenangan yang tidak jelas.
Indonesia menyadari, bahwa kemenangan Anies Sandi di Jakarta, sangat dipengaruhi oleh isu-isu yang dimainkan oleh pendukungnya. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja kejadian saat Haji Djarot diusir dari rumah Tuhan oleh para pendukung Anies.
Kok pendukung Anies? Karena sudah jelas, di video yang beredar, para pendukung Anies itu melakukan salam OK OCE sambil mengusir Djarot. Djarot pergi dengan senyuman yang khas dari bibir tipis yang dipenuhi kumisnya.
Kemenangan Anies Sandi ini menjadi sebuah kemenangan terakhir bagi Gerindra dan PKS. Tidak ada yang bisa dibanggakan lagi dari PKS dan Gerindra. Publik mulai jijik, apalagi melihat ibu kota negara ini, Jakarta yang semakin hancur di era Anies Sandi.
Kemenangan PKS dan Gerindra di DKI Jakarta, adalah akhir dari hidup PKS dan Gerindra di Indonesia. Mereka sudah kehilangan pendukungnya. Banyak faktor yang membuat PKS dan Gerindra hancur di Indonesia. Apa faktor-faktornya?
Pertama faktor Anies Sandi. Tentu kedua orang ini menjadi faktor yang paling merusak PKS dan Gerindra. Mengapa? Karena mereka yang diusung oleh kedua partai ini, merusak tatanan kota yang sudah dibangun oleh Jokowi, Ahok, dan Djarot. Semua dibuat menjadi tidak jelas. Jakarta hancur dan luluh lantak.
Kedua, faktor Sudirman Said. Kita tahu bahwa Sudirman Said sebelum Pilkada, sempat menemui Rizieq di Arab. Entah apa tujuannya. Tapi, ternyata tidak mampu menembusi kokohnya pertahanan dari Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Rizieq jadi pulang gak ya?
Ketiga, faktor Sudrajat dan Syaikhu. Mereka membuat Gerindra dan PKS makin tenggelam, karena ternyata kaos ganti presiden yang dipamerkan oleh mereka ketika debat, tidak membawa kemenangan. PKS semakin gurem, hancur, luluh lantak, dan tidak ada apa-apanya. Gerindra juga semakin tidak ada gigi.
Taringnya diampelas, semakin lama semakin tipis. Untung ampelasnya tidak kena gusi. Kalau kena, pasti sakit.
Dari faktor-faktor yang dituliskan sebagai fakta di atas, ternyata Indonesia masih memiliki satu kecacatan. Apa? Sumatera Utara. Memang warga Sumatera Utara tidak pernah belajar dari kasus Jakarta.
Kita lihat saja bagaimana pasangan Eramas ini bisa berhasil selesaikan satu periode atau tidak. Karena dua gubernur sebelumnya yang berasal dari PKS, tidak berhasil tuh. Ya kita doakan saja yang baik-baik. PKS ini memang partai bermasalah kok.
Yuk kita lihat sedikit dari partai –partai non PKS yang menang. Mari kita simak selengkapnya…
Jateng non PKS. Jabar non PKS. Jatim non PKS. Lampung non PKS. Sumsel non PKS. Sulut non PKS. Bali non PKS. Maluku non PKS. Maluku Utara non PKS. NTT non PKS. Kalbar non PKS. Daerah mana lagi non PKS menang? Eh kasih deh. Sumatera Utara. Hahaha.
Di mana suara Mardani Ali Sera? Di mana senam mulut Mardani Ali Sera? Di mana rambut klimis Mardani Ali Sera? Wong di mana-mana kalah. Masih mimpi usung 9 capres dari PKS? Ngakak. Ini adalah ketidakjelasan yang hakiki.
Rasanya bagi kaum kampret sangat sulit menerima kekalahan ini. Bahkan pasangan Asyik pun tidak mau merasa kalah. Ia masih mengatakan bahwa tidak ada yang menang sebelum hasil asli keluar. Situ waras? Kalah ya kalah saja! Ngoahaha!
Begitulah hura-hura.
Beredar calon-calon yang diusung oleh PKS, yakni di Jawa Barat ada pasangan Sudrajat, Syaikhu Jawa Tengah ada pasangan Sudirman Ida, Maluku Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Kelima pasangan yang didukung oleh PKS ini tidak terpilih menjadi pemenang. Tidak ada yang tertarik dengan pasangan ini.
Mengapa? Jawabannya sederhana. Mereka tidak punya kapasitas untuk memimpin. Mereka terlalu bergantung kepada Pilkada DKI Jakarta. Kemenangan PKS di Jakarta, adalah kemenangan yang tidak jelas.
Indonesia menyadari, bahwa kemenangan Anies Sandi di Jakarta, sangat dipengaruhi oleh isu-isu yang dimainkan oleh pendukungnya. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja kejadian saat Haji Djarot diusir dari rumah Tuhan oleh para pendukung Anies.
Kok pendukung Anies? Karena sudah jelas, di video yang beredar, para pendukung Anies itu melakukan salam OK OCE sambil mengusir Djarot. Djarot pergi dengan senyuman yang khas dari bibir tipis yang dipenuhi kumisnya.
Kemenangan Anies Sandi ini menjadi sebuah kemenangan terakhir bagi Gerindra dan PKS. Tidak ada yang bisa dibanggakan lagi dari PKS dan Gerindra. Publik mulai jijik, apalagi melihat ibu kota negara ini, Jakarta yang semakin hancur di era Anies Sandi.
Kemenangan PKS dan Gerindra di DKI Jakarta, adalah akhir dari hidup PKS dan Gerindra di Indonesia. Mereka sudah kehilangan pendukungnya. Banyak faktor yang membuat PKS dan Gerindra hancur di Indonesia. Apa faktor-faktornya?
Pertama faktor Anies Sandi. Tentu kedua orang ini menjadi faktor yang paling merusak PKS dan Gerindra. Mengapa? Karena mereka yang diusung oleh kedua partai ini, merusak tatanan kota yang sudah dibangun oleh Jokowi, Ahok, dan Djarot. Semua dibuat menjadi tidak jelas. Jakarta hancur dan luluh lantak.
Kedua, faktor Sudirman Said. Kita tahu bahwa Sudirman Said sebelum Pilkada, sempat menemui Rizieq di Arab. Entah apa tujuannya. Tapi, ternyata tidak mampu menembusi kokohnya pertahanan dari Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Rizieq jadi pulang gak ya?
Ketiga, faktor Sudrajat dan Syaikhu. Mereka membuat Gerindra dan PKS makin tenggelam, karena ternyata kaos ganti presiden yang dipamerkan oleh mereka ketika debat, tidak membawa kemenangan. PKS semakin gurem, hancur, luluh lantak, dan tidak ada apa-apanya. Gerindra juga semakin tidak ada gigi.
Taringnya diampelas, semakin lama semakin tipis. Untung ampelasnya tidak kena gusi. Kalau kena, pasti sakit.
Dari faktor-faktor yang dituliskan sebagai fakta di atas, ternyata Indonesia masih memiliki satu kecacatan. Apa? Sumatera Utara. Memang warga Sumatera Utara tidak pernah belajar dari kasus Jakarta.
Kita lihat saja bagaimana pasangan Eramas ini bisa berhasil selesaikan satu periode atau tidak. Karena dua gubernur sebelumnya yang berasal dari PKS, tidak berhasil tuh. Ya kita doakan saja yang baik-baik. PKS ini memang partai bermasalah kok.
Yuk kita lihat sedikit dari partai –partai non PKS yang menang. Mari kita simak selengkapnya…
Jateng non PKS. Jabar non PKS. Jatim non PKS. Lampung non PKS. Sumsel non PKS. Sulut non PKS. Bali non PKS. Maluku non PKS. Maluku Utara non PKS. NTT non PKS. Kalbar non PKS. Daerah mana lagi non PKS menang? Eh kasih deh. Sumatera Utara. Hahaha.
Di mana suara Mardani Ali Sera? Di mana senam mulut Mardani Ali Sera? Di mana rambut klimis Mardani Ali Sera? Wong di mana-mana kalah. Masih mimpi usung 9 capres dari PKS? Ngakak. Ini adalah ketidakjelasan yang hakiki.
Rasanya bagi kaum kampret sangat sulit menerima kekalahan ini. Bahkan pasangan Asyik pun tidak mau merasa kalah. Ia masih mengatakan bahwa tidak ada yang menang sebelum hasil asli keluar. Situ waras? Kalah ya kalah saja! Ngoahaha!
Begitulah hura-hura.
loading...
0 Response to "Pasangan yang Didukung Rizieq Tenggelam, Usungan Romi Bersinar! Jadi Pulang Gak Ya?"
Posting Komentar