loading...

Khofifah dan Sudirman Said, Dua Mantan Menteri dengan Akhir yang Berbeda

loading...
loading...

Hasil gambar untuk khofifah dan sudirman said

Khofifah dan Sudirman Said, sempat berada bersama-sama di kursi kementerian Republik Indonesia. Mantan menteri sosial dan mantan menteri ESDM, pernah ada di bawah komando Presiden Joko Widodo. Di dalam istana, mereka bekerja untuk negara.

Mereka menjalankan visi yang sama. Mereka juga adalah dua orang yang sama-sama keluar dari kementerian, untuk beradu nasib di provinsi. Namun akhir dari karir mereka sangatlah berbeda. Mari kita simak selengkapnya.

Khofifah adalah gubernur terpilih Jawa Timur. Ia adalah sosok yang dikenal sebagai wanita pekerja keras. Ia dan Risma siap menjadi sekutu dalam menjalankan tugas negara, peperangan dengan setiap kebathilan yang ada di Jawa Timur.

Tugas birokrasi yang rumit, akan diurai perlahan-lahan, demi kepentingan masyarakat luas.

Khofifah dan Emil Dardak, siap memimpin Jawa Timur, dengan segala kesulitan yang ada. Kita melihat bagaimana kinerja Khofifah selama di kementerian yang begitu mulus. Ia keluar baik-baik dari kementerian, dan mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo.

Khofifah Indar Parawansa, layak mendapatkan kemenangan setelah berbeda tipis dengan pasangan lain, Gus Ipul dan Puti Soekarnoputri.

Kedua pasangan ini bersaing ketat dan sehat. Menang kalah diterima dengan baik. Pemenang tidak jumawa, dan yang kalah tidak melakukan sujud syukur seperti Prabowo di 2014, dan Asyik yang masih belum menerima fakta kekalahan mereka di bawah Ridwan Kamil dan UU Ruzhanul.

Simak wawancara Rosi KompasTV dengan Khofifah, mengenai dukungannya kepada Jokowi.

Rosi (KompasTV): Tahun depan tetap dukung Jokowi?

Khofifah: Kalau ditunjuk

Rosi (KompasTV): Berarti Anda selalu available untuk Pak Jokowi, bukan capres yang lain?

Khofifah: Jadi saya menangkap ada kerja keras yang luar biasa, yang menjadi bagian dari profiling seorang Pak Jokowi. Saya mengenal beliau terutama saat berada di kementerian. Beliau biasa tidur di (tempat?) kecil seperti kami.

Biasa kalau kami ikut perjalanan beliau, kami harus salat subuh di Halim, karena beliau ambil pesawat dini hari.

Kerja kerasnya beliau, diharapkan bisa menuntaskan berbagai PR-PR yang butuh pemenuhan di elemen negeri ini. Hal yang terkait dengan infrastruktur, bansos, pendidikan dan kesehatan dan seterusnya.

Rosi (KompasTV): Jadi Anda mengatakan untuk mendukung Jokowi? Bukan capres yang lain?

Khofifah: Saya ingin menyampaikan bahwa saya mengenal beliau dan saya mengetahui cara kerja beliau untuk mendeteksi hal-hal yang mungkin tidak suka banyak orang detail.


Rosi (KompasTV): Anda nanti akan mendukung Jokowi bukan capres yang lain?

Khofifah: Insyaallah begitu!


Berbeda dengan Sudirman Said, ketika debat antara paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah digelar. Jawaban tidak terduga muncul dari mantan menteri pecatan, Sudirman Said.

Kuisnya sangat sederhana. Hanya disuluh memilih Jokowi atau Prabowo.

Ganjar Pranowo menjawab dengan jelas, “Yo Jokowi to ya!”

Sedangkan Sudirman Said? Apa jawaban orang ini?

“Nanti saja”

Hah? Jawaban macam apa itu? Kalau pilihan ganda jawab “nanti saja” itu ya salah. Mengapa Sudirman Said yang diusung Prabowo, tidak menjawab? Mungkin saja ia tahu, bahwa dengan menyebut Prabowo, elektabilitasnya akan melorot. Dan terbukti, dengan menjawab “nanti saja”, Sudirman Said masih memperoleh belas kasihan, sekitar 40 persen.

Tidak dapat dibayangkan jika Sudirman Said menjawab Prabowo, mau 10% saja sudah syukur. Sudirman Said bukan orang yang buruk. Sebenarnya ia bekerja baik. Ia pernah membongkar kasus Papa Minta Saham. Akan tetapi entah mengapa, kinerja kementerian ESDM di tangannya mentok.

Tidak ada terobosan khususnya untuk Freeport. Bahkan ia menandatangani penggunaan lahan di kementerian, daerah Jawa Tengah, yang ia gunakan sendiri untuk menyerang Ganjar. Memang sih, Sudirman Said secara kasat mata adalah orang yang baik.

Ia tidak neko-neko. Namun orang baik yang ada di tengah-tengah kerumunan Gerindra dan PKS, akan terbawa. Kasihan sebenarnya Sudirman Said. Akhir karirnya berbeda jauh dari Khofifah Indar Parawansai, mantan menteri yang keluar baik-baik.

Kedua orang ini adalah manusia yang bekerja. Kita tahu bahwa Sudirman Said bukan orang yang terlalu buruk jika dibandingkan dengan Anies Baswedan yang merusak Jakarta itu. Sudirman Said jauh lebih baik dari Anies.

Akan tetapi, di atas kertas, ia kalah pamor dan kalah kinerja dibandingkan Ganjar. Kekalahan Sudirman Said ya kekalahan kinerja. Mungkin ada isu yang dimainkan, namun tidak semasif di Jakarta sepertinya.

Semoga saja SS bisa kembali ke jalan yang benar, dengan sekelompok orang-orang baik. Keluarlah dari partai Gerindra dan PKS. Jangan mau dipengaruhi mereka.

Begitulah hore-hore.



loading...

0 Response to "Khofifah dan Sudirman Said, Dua Mantan Menteri dengan Akhir yang Berbeda"

Posting Komentar