loading...
loading...
Kita patut bersyukur dengan melihat hasil hitung cepat pilkada 2018, khususnya di tiga Provinsi pulau Jawa. Aroma persaingan ketat antar partai pendukung, yang disebut sebagai cerminan persaingan di pilpres tahun depan, telah menunjukkan partai kubu pemerintah mendapatkan kepercayaan pemilih, terbukti dengan jatuhnya mayoritas pilihan kepada para calon yang berada di kubu pemerintah.
Pemilih pada pilkada kali ini terbukti sangat rasional, mereka tidak terpancing dengan sodoran gaya politik identitas, agenda SARA dan tebaran tuduhan tanpa fakta serta cenderung mendiskreditkan pemerintah. Dan kegagalan gaya kampanye seperti ini menjadi sinyal positif bagi perbaikan strategi para kandidat menarik simpati pemilih.
Kemenangan para calon yang berasal dari kubu pemerintah, memberi kesan akan terjadi hal yang sama pada pilpres tahun depan. Pemilih yang rasional ini setidaknya menjadi modal penting bagi para pejabat baru nanti, dan prioritas bagi mereka tidak lepas dari agenda yang telah ditawarkan di masa kampanye. Artinya dengan memfokuskan agenda kerja sesuai visi dan misi masing-masing pejabat baru nanti, pemilih tentu akan melihat kesesuaian antara janji dengan kinerja mereka.
Di saat yang sama, kemenangan kubu pemerintah sekaligus menjadi kegagalan kubu oposisi, yang menampilkan gaya kampanye berbeda. Para calon yang berasal dari kubu oposisi yang kerap menarik-narik calon pemilih kepada isu-isu sensitif dan bahkan memberi gambaran keliru tentang kondisi bangsa, terbukti tidak dimakan mentah-mentah. Mayoritas pemilih memberi kepercayaan hanya kepada calon yang telah memberikan bukti.
Rekam jejak prestasi rupanya menjadi faktor penentu pada perhelatan demokrasi di pulau Jawa. Sosok-sosok yang tidak dikenal, atau belum diketahui prestasi dan kinerjanya, kali ini tidak cukup mendapatkan perhatian publik.
Faktor berikutnya yang menjadi penentu kemenangan kubu pemerintah, adalah pertimbangan ras dan agama yang melekat pada diri para calon. Hal ini menjadikan kesulitan tersendiri bagi mereka yang hendak menyeret pilkada ke isu primordial dan politik identitas. Berbeda dengan di Sumatera Utara, calon dari PDI-P dapat dikalahkan karena kuat dugaan disebabkan faktor agama.
Gambaran tentang peluang kemenangan Jokowi pada pilpres tahun depan, terlihat jelas dari hasil pilkada kali ini. Hal ini bukan berarti konotasi negatif, dan optimisme itu jangan diartikan sebagai terbukanya peluang untuk memperalat aparatur pemerintahan guna kepentingan pilpres. Optimisme itu berarti rasionalitas rakyat pemilih menjadi jaminan akan condong kepada calon pemimpin mereka yang terbukti menjalankan agenda kampanye secara konsisten.
Sebagai representasi kubu pemerintah di daerah, para pemenang pilkada di pulau Jawa, hukumnya wajib mendukung agenda pemerintah pusat, yang dijalankan di masing-masing daerah yang dipimpinnya. Agenda dimaksud termasuk janji-janji kampanye mereka yang harus dijalankan sesuai kapasitasnya.
Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menuturkan koalisi yang terbentuk dalam pilkada juga bakal menentukan siapa yang diuntungkan dalam pilpres. CSIS mencatat Gerindra, PKS, dan PAN lebih banyak berkoalisi dalam pilkada ketimbang partai pendukung pemerintah. “Kalau koalisi itu menang akan mempengaruhi partai,” katanya.
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur disebut lumbung suara dalam pilkada 2018 karena secara nasional total pemilihnya 88,8 juta orang atau 47,6 persen dari calon pemilih dalam pemilihan umum 2019. Lembaga survei memetakan elektabilitas calon presiden 2019 berdasarkan pasangan calon kepala daerah yang dipilih, sumber : Lumbung Suara Pemilu Ada di 3 Provinsi.
Sangat logis ketika para Ketum partai memusatkan perhatian mereka kepada tiga Provinsi di pulau Jawa, ketika pilkada 2018 berlangsung. Mayoritas pemilih pada Pemilu 2019, yakni sebesar 47,6 persen yang berada di pulau Jawa, terlalu penting untuk disepelekan. Setidaknya hasil perolehan suara masing-masing calon di 3 daerah itu, akan menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan peta koalisi tahun depan.
Dan setelah diketahui dari hasil perhitungan cepat, dimana pulau Jawa berhasil dimenangkan para calon dari kubu pemerintah, patut untuk disimak langkah apa yang akan diambil para petinggi partai, dalam menghadapi Pemilu dan pilpres tahun 2019.
Yang kita yakini sudah hampir pasti adalah majunya kembali Joko Widodo sebagai calon Presiden. Adapun pesaingnya sangat mungkin sedang bermetamorfosa, karena seperti diperoleh keterangan dari para petinggi partai, keputusan pencapresan secara permanen akan sangat tergantung kepada hasil pilkada serentak tahun ini.
loading...
0 Response to " Hasil Pilkada 2018 Merupakan Kemenangan Jokowi. Ini Buktinya...."
Posting Komentar